25 juni 2018

Heran

Ini baru banget terjadi beberapa menit yang lalu. Gue yang kemarin habis bertapa, hari ini memutuskan buat keluar dari persembunyian. Sebab, seperti kata Ane, sinar mentari kadang rindukan gue. Nah, melangkahlah kaki ini ke perpustakan kampus sambil nawaitu buat milah-milah film yang akan gue tayangin di festival.

Lagi sibuk-sibuknya milah film, gue baru sadar ada satu film yang judulnya sangatlah ambigu. Judulnya terdengar so-called-local-erotism alias mirip judul sastra stensilan.

"Apa-apaan?"

Firasat gue mengatakan, "Nanti aja, Mel, lihatnya di rumah bokap. Jangan di tempat umum kayak begini."

Logika bodoh gue membantah, "Kelarin sekarang dong, Mel. Biar nanti lo bisa tinggal leha-leha."

Ya, seperti yang lo semua bisa duga, gue mengikuti logika gue yang bodoh dengan asumsi gak akan ada orang yang tahu karena sekeliling gue memang lagi sepi.

Gue kelarin tuh urusan film ambigu. Terus, gue main handphone sambil ongkang-ongkang kaki.

Tiba-tiba, ada seorang mbak-mbak bertampang intelek yang berjalan pelan-pelan kemudian duduk dengan santainya di sebelah gue. Tepat di sebelah gue, cuma kepisah sekat doang.

Duduknya sebelahan.

Gue dengan lagak bodoh dan tanpa rasa bersalah tetap nerusin main handphone. Beberapa menit berlalu, gue masih main handphone. Itu mbak-mbak grasah-grusuh ngurusin kabel di sebelah gue, gue tetap cuek. Gue mainin aja terus tuh handphone.

Kemudian gue ingat sesuatu. Gue lirik layar laptop gue.

Astaga.

Judul film ambigu-semi-provokatif dan mirip tontonan dewasa itu masih nampang di layar laptop gue. 

Gue--yang pada dasarnya memang tolol--bukannya cepat-cepat mindahin tab biadab itu, tapi malah noleh ke arah mbak-mbak di sebelah gue.

Menoleh dengan tolol.

Dan, benar saja, dia lagi ngeliatin layar laptop gue dan otomatis ngebaca judul ambigu itu. Dengan tatapan heran, dia melihat ke arah muka gue. Bagi gue, itu tatapan heran ditambah menghina nan menuduh.

Gue nanya ke si Mbak.

Bingung parahlah gue. Gue mau nyolek tuh mbak-mbak terus ngomong, "Ini gak seperti yang Mbak kira, kok." juga serba salah. Gue malah makin terlihat aneh.

YA TUHAN.

Tolong selamatkan harkat dan martabat manusia ciptaan-Mu ini.

Sampai detik-detik terakhir gue nulis ini, mbak-mbak itu masih ada di sebelah, semoga dia baca klarifikasi gue.

Atau, bagaimanapun caranya, mohon banget, gue berdoa suatu hari nanti dia nemuin tulisan gue ini hingga ngerti duduk persoalannya dan gak nyangka gue pervert. Amin.

Geen opmerkingen:

Een reactie posten